Dialog Damai di Fakfak: Ojek Pangkalan dan Transportasi Online Cari Titik Temu
Fakfak – transportasi daring yang merebak di berbagai daerah, Fakfak menjadi saksi dari sebuah langkah dialog yang patut diapresiasi. Pada Kamis (12/6/2025), dua pihak yang kerap bersitegang—pengemudi ojek pangkalan dan layanan transportasi online Maxim—menggelar dialog terbuka yang berlangsung di Kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Fakfak.
Yang menarik, forum ini bukan hanya menjadi ajang curah pendapat, namun juga simbol dari upaya menjaga harmoni sosial di tengah perubahan zaman.
Gesekan Tak Terelakkan, Tapi Bisa Diredam
Isu ini berawal dari keresahan Komunitas Ojek Mandiri Fakfak yang menolak beroperasinya Maxim karena dinilai belum memiliki izin resmi serta mengancam pendapatan ojek lokal. Kekhawatiran itu tak hanya soal ekonomi, tapi juga potensi munculnya konflik horizontal antarwarga.

“Rapat ini merupakan bentuk tindak lanjut atas keresahan yang muncul akibat belum jelasnya izin operasional Maxim di Fakfak,” ungkap IPTU Umar Atmajaya, Kasat Binmas Polres Fakfak. Menurutnya, keterlibatan kepolisian sebagai pengawas dialog adalah bentuk tindakan preventif agar situasi tetap aman dan damai.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
Jalan Tengah: Tunda Sementara, Dialog Jalan Terus
Dalam suasana yang semula tegang, kedua belah pihak akhirnya menunjukkan itikad baik. Pihak Maxim, meski enggan disebutkan namanya, menyatakan siap menunda sementara operasionalnya hingga mendapatkan izin resmi dari pemerintah daerah.
Sementara itu, perwakilan ojek pangkalan menegaskan sikap tegas menolak aktivitas transportasi online ilegal yang dianggap merugikan pelaku usaha lokal.
Dialog ini kemudian ditutup dengan penandatanganan kesepakatan bersama, tepat pukul 12.50 WIT. Salah satu poin utamanya: operasional Maxim dihentikan sementara hingga ada keputusan dari otoritas daerah.
Pelajaran dari Fakfak: Persaingan Tak Harus Jadi Permusuhan
Langkah yang diambil oleh Dinas Perhubungan Fakfak, didukung oleh Polres dan kedua komunitas pengemudi, membuktikan bahwa persoalan yang rumit pun bisa diselesaikan lewat komunikasi.
“Musyawarah lebih utama ketimbang aksi-aksi provokatif,” ujar IPTU Umar. Seruan ini penting, apalagi di tengah era digital yang kadang membuat konflik bisa cepat menyebar hanya lewat layar ponsel.
Catatan Akhir
Fakfak menunjukkan bahwa kemajuan tak harus menabrak tradisi. Bahwa ruang untuk semua pihak tetap ada—asal disertai niat untuk duduk bersama. Kita butuh transportasi yang efisien, tapi kita juga butuh keadilan bagi pelaku usaha lokal yang telah lama berjuang.
Jika semua daerah bisa menempuh jalan dialog seperti ini, mungkin kita akan melihat lebih banyak solusi dan lebih sedikit konflik.